Senin, 11 Oktober 2010

Interaksi Sosial

Pengertian Interaksi Sosial
 Pada dasarnya interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok individu, dan hubungan timbal balik antara kelompok individu dengan kelompok individu lainnya.Di sisi lain interaksi sosial dapat diartikan suatu bentuk aktivitas individu dalam memenuhi kebutuhannya.

a. Kimbal Young (1959)




Menurut Kimbal Young dan Raymond W. Mack, Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara individu,individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.





b.Prof .DR. Soejono Soekanto, SH. MA 




Merumuskan interaksi sosial sebagai bentuk-bentuk yang tampak, apabila orang perorangan atau kelompok- kelompok manusia itu mengadakan hubungan satu dengan yang lain, dengan terutama mengetengahkan kelompok sosial serta lapisan- lapisan sosial, sebagai unsur-unsur pokok dari struktur sosial.


1. Carilah Faktor-faktor yang mendorong Terjadinya Interaksi Sosial...!!
Jawab:

a. Sugesti




Proses Sugesti diartikan sebagai suatu pengaruh seseorang kepada orang lain denagn cara tertentu. Sehingga pandangan atau pengaruh tersebut diikuti tanpa berpikir panjang.





b. Imitasi 


Imitasi pada hakikatnya adalah proses belajar seseorang dengan cara meniru atau mengikuti prilaku orang lain. Dalam hal ini bukan hanya sikap tetapi penampilan, tingkah laku, maupun gaya hidup.Bahkan apa saja yang dimiliki orang tersebut.




c.Identifikasi  
identifikasi adalah kecendrungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan individu lain yang ditiru.




d.Simpati 
Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah olah berada di posisi orang lain (keadaan orang lain).

 




e.Motivasi 
Motivasi dalam suatu interaksi sosial merupakan dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan resionalitis.
 








f. empati 
Empati dalam proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka.
 

Jumat, 01 Oktober 2010

Proses terjadinya Manusia menurut Al-Qur'an dan Al Hadist

Ketika berbicara tentang manusia, Al-Qur’an menggunakan tiga (3) istilah pokok. Pertama, menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan sin, seperti kata insan, ins, naas, dan unaas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani Adam dan dzurriyat Adam.
Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut lahirnya serta persamaannya dengan manusia lainnya. Dengan demikian, kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan. Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
Allah swt. berfirman:
َ وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak (memiliki anak). (Q.S. ar-Rum [30]: 20)
Selain itu, kata basyar juga dikaitkan dengan kedewasaan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. Akibat kemampuan mengemban tanggung jawab inilah, maka pantas tugas kekhalifahan dibebankan kepada manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah berikut ini.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29):
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ .
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30)
Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Musa Asy’arie menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata: anasa yang berarti melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti jinak. Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak lebih tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil dari kata nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu (berguncang). Dalam Al-Qur’an, kata insaan disebut sebanyak 65 kali. Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi’ menegaskan bahwa makna kata insaan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban takliif dan amanat kekuasaan.
Dua kata ini, yakni basyar dan insaan, sudah cukup menggambarkan hakikat manusia dalam Al-Qur’an. Dari dua kata ini, kami menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii al-ardl).

Asal-Usul Penciptaan Manusia
Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan manusia melalui beberapa fase: dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering, kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s. Hal ini diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72.
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ .
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.” (Q.S. Shaad [38]: 71-72.)
Perhatikan juga firman Allah dalam Surah al-H{ijr [15] ayat 28-29.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ .
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29)
Dalam Al-Qur’an, kata ruh (ar-ruh) mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang disebutkan dalam ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti kebenaran. Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia cenderung untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak menjadi khalifah Allah swt.
Ruh dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta dalam satu kesatuan yang saling melengkapi dan harmonis. Dari perpaduan keduanya ini terbentuklah diri manusia dan kepribadiannya. Dengan memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua unsur tersebut, ruh dan materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara akurat.
Kemudian, dalam ayat lain juga disebutkan mengenai permulaan penciptaan manusia yang berasal dari tanah.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ .
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. al-Hajj [22]: 5)
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ .
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minuun [23]: 13-14)
Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia. Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi, penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.
Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan sebagai berikut. Pertama, fase awal kehidupan manusia yang berupa tanah. Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau ovum yang menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang berasal dari tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio (‘alaqah). Keempat, proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging (mudlghah). Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari mudlghah. Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai berubah menjadi tulang belulang (‘idzaam). Keenam, proses penciptaan manusia selanjutnya adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak. Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut di atas dunia.

Oleh: Annisa Hidayat

Tugas Manusia diciptakan di Dunia

Setiap manusia haruslah mengetahui siapa dirinya, kenapa dia dilahirkan, dan apa tujuan dan tugas-tugasnya hidup di dunia, berapa lama dia bisa hidup di dunia ini, dan kemana dia pergi setelah meninggalkan dunia ini?

Kalau manusia tidak bisa menjawab dengan benar, maka hidupnya seperti manusia yang hidup di hutan - hutan yang menutup auratnya dengan daun daunan. Mereka tidak berilmu.
Mereka tidak tahu Tujuan & Tugas hidupnya. Mereka menjalankan hidup seperti binatang saja yaitu kawin, memiliki anak, dan kalau sudah dewasa anak di kawinkan lagi demikian seturusnya dan terakhir meninggal dunia.

Orang orang yang tinggal di kota pun banyak yang tidak mengetahui Tujuan & Tugas hidupnya. Ada yang mengatakan untuk mencari hidup yang bahagia, berkeluarga serta membesarkan anak,menjaganya, dan menyayanginya.
Mencari hidup yang bahagia juga bermacam macam;
ada yang bertapa, berzikir berjam jam di kamar yang gelap,ada yang hidup sederhana, ada yang mencari uang untuk memenuhi keinginannya, dll.
Apakah Tujuan & Tugas hidup mencari bahagia menutut ALLAH? Jawabannya adalah tidak.

Pendapat Ulama/Usztad pun berbeda.
Ada sebahagian Ulama mengatakan untuk mencari ALLAH atau Mendekatkan diri kepada ALLAH dengan berzikir (memuji ALLAH) dlm kamar, dan bertapa.
Ada yang mengatakan untuk beribadah kepada ALLAH dengan menjalankan shalat, puasa,naik haji dan berzakat. Kalau rukun islam ini sudah dikerjakan,sudah merasa berislam yang benar. Mana yang benar dengan cara demikian?

Untuk mendapatkan jawaban yang benar mari kita lihat Al Qur’an yang di buat oleh ALLAH. Yang mana ALLAH juga menciptakan manusia, sudah tentu ALLAH lah yang Maha Tahu akan ciptaannya bukan?
Dalam AL Quran ALLAH telah dijelaskan dengan detail dan sempurna.

Selama ini kita sering mendengar dari ulama2 yang menjelaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada ALLAH sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an menjelaskan.
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”

Beribadah  kepada ALLAH diartikan menyembah(shalat) kepada ALLAH, berpuasa, naik haji, berbuat kebaikan dll. Kalau sudah menjalankan rukun islam ini, maka mereka sudah merasa beragama dengan benar.
Sesungguhnya bukanlah demikian menurut ALLAH. Penjelasan seperti diatas itu belumlah sempurna, sehingga hasilnya pun juga tidak sempurna. Seperti kita lihat masyarakat Islam sekarang ini yang masih terbelakang.

Beribadah kepada ALLAH bukanlah menyembah ALLAH saja, bukan menjalankan Rukun Islam yang lima saja, dan berbuat kebajikan saja, tetapi maknanya jauh dari itu.
Kalau diartikan seperti diatas ini,maka kita lihat hasilnya adalah masarakat yang tidak produktif alias miskin.Sangat menyedihkan bukan?

Beribadah kepada ALLAH SWT artinya mengabdi atau bekerja untuk ALLAH dengan sungguh-sungguh.
ALLAH adalah Raja di Raja di bumi dan dilangit ini. Sebagai hamba-Nya atau pekerja (kariawan) ALLAH,maka manusia seharusnya patuh dan taat mengikuti semua peraturan ALLAH bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berkerja di dunia ini.

Semua perintah ALLAH itu tertulis dalam kitab-kitab sucinya seperti: Taurat, Zabur Injil, dan AL Quran. Al Quran adalah buku pedoman hidup manusia yang terakir, dan sempurna.

Kita sudahtahu apa tujuan hidup kita yaitu mengabdi atau bekerja untuk ALLAH.
Mari kita lihat pula dalam AL Quran,apakah tugas hidup manusia di bumi ini sebagi pekerja dari ALLAH?
Jadi ada dua macam: satu tujuan hidup, dan kedua adalah tugas hidup;
Inilah tugas hidup manusia seperti ALLAH mengatakan sebagai berikuti:
“Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya. (QS.11:61). (menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia, kalau mengingkari perintah ALLAH ini, hidup manusia seperti manusia di hutan-hutan sama dengan kehidupan bintang.). .
Perintah bekerja untuk memakmurkan bumi, sudah diperintahkan sebelumnya oleh ALLAH kepada Nabi Adam yang diberitahukan kepada Nabi Musa (Taurat) seperti berikut ini;
God said to Adam.
•God said; “You will have to work hard and sweat to make the soil produce anything, until you go back to the soil from which you were formed. You were made from the soil, and you will become soil again” (Genesis 3.18-19.).
Perintah ALLAH kepada Nabi Adam, Nabi Musa, dan Muhammad saw adalah sama yaitu manusia yang diciptakan oleh ALLAH ini harus bekerja keras,sungguh2 untuk memakmurkan bumi, artinya memakmurkan keluarga,masyarakat dan umat.
Nanti setiap manusia akan diminta pertanggung jawaban. Siapa yang rajin bekerja untuk ALLAH dan siapa-siapa saja yang malas - malas bekerja untuk ALLAH.
Anda dapat melihat orang yang tidak mempunyai ilmu, tidak mempunyai buku pedoman hidup dari ALLAH, seperti orang-orang yang tinggal di hutan.
Baju mereka masih terbuat dari daun  untuk menutupi auratnya, dan tempat tinggal juga terbuat dari daun  untuk melindungi dari hujan dan panas.
Sampai hari ini kita masih dapat melihat orang-orang yang tidak mendapat ilmu di hutan. Dari satu generasi ke negerasi berikutnya. Sudah ribuan tahun mereka tetap tidak mempunayi ilmu untuk membangun pradapan yang islam yang maju (modern)
Seperti kehidupan Nabi Adam dan Hawa yang menutup auratnya dari daun  bukan?

Sebagai kariawan yang baik atau hamba ALLAH yang baik maka kita wajib memakmurkan atau mengolah bahan baku yang diberikan oleh ALLAH itu baik yang ada di dalam bumi maupun di kulit bumi.
Siapa yang tidak mau mengikuti perintah ALLAH ini, mereka tetap hidup seperti orang yang tinggal di hutan  itu dan kalau ada yang tinggal di kota mereka pada umumnya hidupnya tidak produktif,miskin, karena mereka tidak mempunyai ilmu dan tidak tahu apa TUGAS hidupnya seperti yang dimaksud oleh ALLAH.

Mereka hidup bermalas malas atau hidup bersantai-santai. Tugas hidup mereka adalah untuk mencari makan secukupnya, dan kemudian kalau sudah dewasa berkeluarga, beristri dan beranak. Menjalankan rukun islam yang lima.That is it.

Perintah ALLAH berikutnya kepada manusia adalah untuk mengolah bahan baku yang ada dalam bumi yang telah ALLAH sediakan berlimpah limpah agar bisa menjaga agama ALLAH.Perintah ini penting sekali,kalau tidak dilakukan maka umat islam mudah dikalahkan atau ditunduki atau di jajah oleh musuh islam.

Mohon di perhatikan perintah ALLAH ini dengan baik;
”Dan Kami ciptakan besi (perak, emas, almunium tembaga, minyak, dll) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (untuk diolah), dan supaya ALLAH S.W.T mengetahui siapa yang menolong agama Nya (Islam) dan Rasul padahal ALLAH S.W.T tidak dilihatnya. (QS..57:25).

Setiap orang muslim yang patuh kepada Raja(ALLAH SWT) maka wajib bekerja keras mengolah bahan baku seperti: besi,perak, minyak, emas,tembaga, kayu, pertanian, perikanan dll menjadi barang-barang yang berguna untuk kehidupan manusia, mendirikan industry-industri bermacam macam barang, dan membuat senjata untuk mempertahankan agama ALLAH dan Rasulullah S.A.W dari serangan2 musuh.
Umat islamlah yang diperintah oleh ALLAH, bukan umat-umat lainnya.

Barang siapa yang tidak ikut memakmurkan bumi ALLAH artinya mereka mengingkari perintah ALLAH ini. Hidup mereka akan susah dan kalau terjadi peperangan mudah dikalahkan serta di jajah.

Bagaimana untuk mengolah , mendirikan industri membuat barang-barang yang bermanfaat dan untuk membuat senjata kalau tidak mempunyai ilmu? Makanya ALLAH memerintahkan untuk menuntut dan belajar bermacam macam disiplin ilmu. Bukan belajar ilmu agama saja sebagaimana di artikan oleh sebahagian golongan umat islam.
Banyak Ulama/Uztad mendirikan madrasah, tanpa mengajarkan disiplin ilmu lainnya kepada murid, sebagaimana yang terjadi di negara Islam Saudi Arabia,Pakistan,Palestina dll. Cara begini adalah salah kaprah,tidak sempurna (setengah-setengah)
Tangan dari murid yang tamatan madrasah menjadikan orang-orang berilmu agama yang tidak produktif, tapi konsumtif.
Bagaimana mereka bisa mentaati perintah ALLAH diatas tadi. Bagaimana mereka bisa mempertahankan agama ALLAH, kalau tidak mempunyai ilmu lainnya.
Sistem pendidikan seperti ini perlu diperbaiki oleh generasi muda.

Inilah perintah ALLAH berikutnya;
“ALLAH akan meninggikan orang orang yang beriman di antara mu dan orang orang yang menuntut ilmu pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.58:11)
Artinya kalau ALLAH mewajibkan umat islam belajar atau menuntut ilmu, maka umat Islam seharusnya pula membuat sekolah bukan?
Tidak mungkin belajar di luar dengan atap langit dan dipadang pasir. Dan untuk belajar harus ada sekolah, buku-tulis, pena, pencil, pengapus, bangku-meja, kapur, alat-alat penerangan,tidak mungkin munulis di tanah dengan jari sebagai alat tulis bukan?

Untuk membuat buku tulis harus pula menanam pohon kapas untuk bahan baku kertas dan kain baju, kemudian membuat fabrik kertas dan kain, serta alat-alat transportasi; speda, mobil, dan seterusnya, dari bahan baku diberikan diatas tadi. (QS 57:25) .
Dengan kata lain umat islam harus belajar bermacam disiplin ilmu untuk bisa membuat industri kain untuk menutupi tubuh dan kertas, bisa membuat pena,pensil,alat penerang alat tranportsai, membuat senjata dll.
Setiap individu muslim harus bekerja keras dan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya,agar kehidupan individu muslim kuat dan sehat.
Kalau keluarga sehat dan kuat ekonominya,maka bangsa juga akan kuat ekonominya. Jadi semua itu harus dimulai dari setiap muslim dan diri sendiri.
Yang akhirnya membawa umat islam kearah kemajuan dan memberikan lapangan kerja yang banyak untuk pemuda dan pemudi agar mereka dapat meningkatkan; kemakmuran, kesehteraan, keamanan, keharmonisan, dan akhirnya umat islam dapat hidup bahagia, aman sentosa.Indah sekali ajaran islam bukan? Umat islam menjadi umat yang produktif, producer, umat industri,pertanian yang bertaqwa kepada ALLAH.Umat rahmatan lil’alamin.

Jadi islam adalah ajaran yang membawa kemajuan dalam segala aspek penghidupan terutama bidang ekonomi, technologi dan Science.

Ulama, Da’i, kotip, islamic schoolars adalah orang yang tahu akan ilmu agama dan dekat dengan umatnya. Ulama adalah orang yang memberitahu ajaran islam kepada umat dan serta memberikan contoh bagaimana mengaplikasikan setiap perintah ALLAH itu dengan baik dan sempurna.
Ulama adalah tiang /tonggak kemajuan umat islam. Kalau ulama salah memahami ajaran islam,maka umat akan salah pula, kalau ulama benar memahami ajaran islam,maka umat menjadi umat yang benar pula,artinya umat menjadi umat yang maju ekonomi, technologi,banyak lapangan kerja tersedia.
Sekiranya ulama dapat menyampaikan apa tujuan hidup manusia yang sebenarnya menurut ALLAH kepada umat, maka pemuda islam akan belajar rajin dan bekerja sungguh-sungguh untuk ALLAH dengan sebaik baiknya.

Kalaulah setiap muslim sudah mengetahui, maka setiap muslim akan takut (taqwa) kepada ALLAH kalau mereka tidak bekerja rajin dan sungguh-sungguh untuk memakmurkan bumi ALLAH ini ALLAH akan marah kepada mereka.”….Sedangkan ALLAH Maha Melihat apa yang dikerjakan umatnya(setiap waktu)”.QS.57:25.

Kemudian perintah ALLAH berikutnya adalah menjadi seorang Khalifah.
Orang yang beriman, berilmu dan sudah tahu cara bekerja untuk ALLAH yaitu memakmurkan bumi ini,maka dia diminta untuk menjadi seorang khalifah dalam masarakat.
Dia mengajak dan membimbing masarakat untuk bekerja rajin memakmurkan bumi ALLAH artinya memakmurkan masarakat, memberikan lapangan kerja kepada pemuda dan pemudi, mendirikan sekolah bermacam disiplin ilmu agar setiap muslim bisa pula menjadi seorang khalifah atau pemimpin dalam kelompoknya. Seperti yang dicontohkan oleh Aa Gym.
Inilah perintah ALLAH itu.
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi”. (QS.35:39.)
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi ini”QS.2:30
Kesimpulan:
Tujuan hidup manusia di ciptakan oleh ALLAH sesuai dengan difenisi oleh ayat-ayat ALLAH tersebut dibawah ini;
1.(QS.56″51).“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah(bekerja) kepada-Ku”
Tugas hidup manusia di ciptakan oleh ALLAH sebagi berikut dibawah ini:
2.(QS.11:61). “Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya. (menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia).
3.(QS..57:25).”Dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, almunium tembaga, minyak, dll) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (untuk di-olah), dan supaya ALLAH mengetahui siapa yang menolong agama Nya (Islam) dan Rasul2 padahal Allah tidak dilihatnya.
4.”.(QS.58:11)“ALLAH akan meninggikan orang orang yang beriman di antara mu dan orang orang yang menuntut ilmu pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
5.QS.2:30″Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi ini”
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi”. (QS.35:39.)

Demikianlah ALLAH memberitahukan, apa tujuan dan tugas hidup manusia di bumi ini menurut ALLAH yang menciptakan manusia.

Mudah-mudahanan kita sebagai pekerja atau hamba ALLAH yang baik,yang taat, maka marilah kita perbaharui niat dan tujuan hidup kita semoga kita semua mendapat kasih sayang , kepercaaan dan cinta ALLAH. Semoga hidup yang sekali ini akan sukses dan diberkahi oleh ALLAH.

Kalau kita cinta dan takut kepada ALLAH mari kita rajin belajar dan bekerja untuk mensejahterakan keluarga,masyarakat dan umat islam pada umumnya agar umat lain dapat mencontoh cara hidup yang benar dari ALLAH.

Semoga penjelasan yang singkat ini dapat menggugah hati pemuda dan pemudi Islam yang ingin melihat umat Islam berjaya kembali dalam segala aspek kehidupan.
Jadi ajaran Islam itu adalah indah sekali, ajaran yang membawa umat Islam dan non Islam kepada kemajuan dalam segala aspek penghidupan. Itulah ajaran ALLAH yang benar.
Sebaliknya ajaran yang mengatasnamakan islam tetapi tidak membawa umat menjadi sejahtera dan damai,maka pemahaman ajaran islam itu adalah salah kaprah.

Ditulis oleh budi setiawan

Manusia adalah Makhluk ciptaan Allah yang Paling Sempurna

Kesempurnaan, adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai setiap manusia yang  hidup didunia. Berbagai cara dilakukan agar bias terwujud kesempurnaan. Akan tetapi selalu hal yang kosong yang didapat dari semuanya. Miris memang, pada saat melihat sebagian besar dari kita tenggelam dalam bayangan kesempurnaan. Tidak saja mereka yang jauh dari agama, mereka yang dekat dengan agama saja masih begitu sering tenggelam dalam bayangan  yang menjebak ini.
Sebenarnya, Allah SWT telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Hal ini tertuang dalam Al- Qur’an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.  Apa yang terlintas dalam benak kita saat membaca ayat tersebut. Malukah?. Allah sendiri yang mengatakan bahwa ciptaan-NYA yang bernama manusia adalah bentuk yang terbaik dari bentuk-bentuk yang lain. Lantas mengapa dengan berani kita mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna? Sekarang, siapakah yang menciptakan manusia sehingga berani mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna? Kita sebagai manusia ataukah Allah sebagai tuhannya manusia.
Bermain dengan ungkapan yang menyangkut dengan ciptaan Allah adalah sebuah hal yang sebaiknya kita hindari. Hal ini bisa-bisa malah akan menyinggung sisi tauhid. Menyakini bahwa segala ciptaan Allah tidak ada yang cacat. Segala sistemnya juga tidak ada satupun yang cacat. Tidak sedikitpun cacat dari sebuah kesempurnaan.
Tidak jarang, sebagian dari kita menginginkan sosok manusia adalah sosok yang tidak pernah salah, tidak pernah membunuh, tidak pernah menyakiti, tidak bodoh, tidak berkeluh kesah, tidak miskin, dan lainnya. Bila memang kita menginginkan hal seperti ini maka sebaiknya baca kembali Al- Qur’an yang tertata rapi dirumah. Dimana Allah banyak menjelaskan sifat-sifat manusia dan sekaligus lengkap dengan tujuan penciptaannya. Bukankah seperti yang kita ketahui bersama bahwa yang namanya visi adalah sesuatu tujuan dari sebuah keinginan. Sedangkan misi adalah tools yang dipakai untuk mencapai visi. Jadi, jika penciptaan manusia visinya adalah menyembah, mengabdi, dan taat kepada Allah. Maka tools adalah semua yang ada didiri kita sekaligus lengkap dengan perangkat sistemnya. Baik yang hardware maupun yang software.
Sekali lagi, bagaimana mungkin kita begitu berani mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna. Manusia sempurna sebagai manusia. Manusia bukan malaikat yang tak punya nafsu dan selalu berdzikir kepada Allah. Manusia juga bukan syetan yang kerjanya selalu menggoda dan menjerumuskan temannya kedalam neraka. Tapi manusia adalah manusia. Sesosok makhluk yang dilengkapi dengan ”qalb”  yang dengannya dia bisa menjadi lebih baik dari pada malaikat manapun. Manusia juga dilengkapi dengan nafsu, yang dengannya pula manusia bisa menjadi lebih buruk dari syetan. Manusia juga dilengkapi dengan insting dan pikirannya dengan itu dia menjadi lebih baik dari hewan.
Belum lagi jika kita melihat bagaimana perlengkapan dalam fisiknya. Dimana dengannya manusia bisa melakukan segala sesuatu yang dapat mendukungnya untuk melakukan tugasnya. Tugasnya sebagai hamba Allah dan tugasnya sebagai “perpanjangan tangan” Allah dimuka bumi. Allah memberikan manusia kemampuan ilmu yang dengannya kita bisa bertahap dari ganasnya lingkungan sekitar. Allah menganugerahi manusia dengan kulit yang denganya dia bisa menjaga tubuhnya dari serangan bakteri dan cuaca. Belum lagi dengan kegunaannya fisik lainnya. Lalu, sekali lagi kita mengatakan bahwa manusia ini tidak sempurna. Apakah kita mau bernafas dengan insang layaknya hewan laut? Cantikkah kita yang bernafas dengan insang? Tampankah kita bila memiliki tanduk dan berekor layaknya babi hutan?
Mungkin, sifat jelek yang terdapat pada manusia menyebabkan kita mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna. Tapi perlu kita ketahui dan sadari bahwa sebuah keegoisan adalah sebuah faktor pendukung untuk mencapai “SURGA. Lalu emosional juga diperlukan untuk membuat kita bisa mencintai Allah dengan segenap hati. Sehingga hal ini membuat manusia itu semakin sadar diri. Bahwa dirinya tidak patut disombongkan. Saking sombongnya sehingga berani mengantakan bahwa penciptaan manusia tidak sempurna. Sebuah kesombongan yang mungkin saja bisa menyamakan kita pada musuh bebuyutan yang tidak mau mendengar perintah Allah saat harus menyembah Nabi Adam as. Atau, kita bisa bersikap seperti malaikat “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."( al baqarah : 30)
Manusia memiliki semuanya, mulai dari sifat yang jelek, sampai pada sifat yang sangat mulia. Dan tidak ada lagi makhluk yang sesempurna manusia dimuka bumi sebagai makhluk yang sempurna. Manusia itu diberikan kebebesan memilih oleh Allah. Memilih sendiri tempat huninya, gaya huninya, dan menerima semua konsekuensi atas pilihannya. Dan sekali lagi, semuanya adalah faktor pendukung kesempurnaan manusia. Jikau ada yang cacat maka Allah menantang kita untuk mencari dimanakah sebuah nikmat itu dapat didustakan oleh kita yang menamakan manusia. Bukankah manusia itu adalah sebuah kesempurnaan yang sempurna sehingga mewajibkan kita mensyukuri dengan menuruti segala perintah-NYA. Karena dengan kesempurnaan tersebutlah Allah membuktikan kepada manusia sebagai tuhannya manusia. Tuhan jin, Tuhannya malaikat, dan Tuhan segala alam.
Wallahu`alam.
Wassalammua’laikum Wr.Wb.


Oleh: Yudimuslim

Kamis, 30 September 2010

Panglima Romawi yang Bertobat

Kisah-kisah Islam

Dalam kegemparan terjadinya peperangan Yarmuk, salah seorang panglima Romawi yang bermana George memanggil Khalid bin Walid. Kedua orang panglima itu saling mendekat sampai kedua kepala kuda mereka saling bertemu. Kepada Khalid, George bertanya: "Wahai Khalid, aku meminta kamu berbicara dengan jujur dan jangan berdusta sedikitpun, kerana Tuhan Yang Maha Mulia tidak pernah berdusta, dan jangan pula kamu menipuku, karana sesungguhnya orang yang beriman itu tidak akan berdusta di sisi Allah."

"Tanyalah apa yang ingin engkau tanyakan," kata Khalid.
"Apakah Allah menurunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW sebuah pedang dari langit kemudian diberikannya kepadamu sehingga jika kamu pakai pedang itu untuk berperang, pasti kamu akan menang?"
"Tidak!" Jawab Khalid.
"Apakah sebabnya kamu digelar dengan Saifullah (Pedang Allah)?" Tanya George.
Khalid menjawab: "Ketika Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW, seluruh kaumnya sangat memusuhinya termasuk juga aku, aku adalah orang yang paling membencinya. Setelah Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepadaku, maka aku pun masuk Islam. Ketika aku masuk Islam Rasulullah SAW menerimaku dan memberi gelaran kepadaku "Saifullah" (pedang Allah)."

"Jadi tujuan kamu berperang ini untuk apa?" Tanya George. "Kami ingin mengajak kamu supaya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu adalah utusan Allah dan kami juga ingin mengajak kamu untuk mempercayai bahwa segala apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW itu adalah benar." Jawab Khalid.
George bertanya: "Apakah hukumannya bila orang itu tidak mahu menerimanya?" Jawab Khalid: "Hukumannya adalah harus membayar jizyah, maka kami tidak akan memeranginya."

"Bagaimana kalau mereka tidak mahu membayar?" Tanya George.
"Kami akan mengumumkan perang kepadanya," kata Khalid bin Walid.
George bertanya: "Bagaimanakah kedudukannya jika orang masuk Islam pada hari ini?"
Khalid menjawab: "Di hadapan Allah SWT, kita akan sama semuanya, baik dia orang yang kuat, orang yang lemah, yang dahulu maupun yang kemudian masuk Islam."
"Apakah orang dahulu masuk Islam kedudukannya akan sama dengan orang yang baru masuk?" Tanya George.
Khalid menjawab: "Orang yang datang kemudian akan lebih tinggi kedudukannya dari orang yang terdahulu, sebab kami yang terlebih dahulu masuk Islam, menerima Islam itu ketika Rasulullah SAW masih hidup dan kami dapat menyaksikan turunnya wahyu kepada baginda. Sedangkan orang yang masuk Islam kemudian tidak menyaksikan apa yang telah kami saksikan. Oleh kerana itu siapa saja yang masuk Islam yang datang terakhir maka dia akan lebih mulia kedudukannya, sebab dia masuk Islam tanpa menyaksikan bukti-bukti yang lebih meyakinkannya terlebih dahulu."

George bertanya: "Apakah yang kamu katakan itu benar?" "Demi Allah, sesungguhnya apa yang aku katakan itu adalah benar,"jawab Khalid.
George berkata: "Kalau begitu aku akan percaya kepada apa yang kamu katakan itu, mulai saat ini aku bertaubat untuk tidak lagi memusuhi Islam dan aku menyatakan diri masuk ke dalam agama Islam, wahai Khalid tolonglah ajarkan aku tentang Islam."    

Lalu Khalid bin Walid membawa George ke dalam khemahnya, kemudian menuangkan air ke dalam timba untuk menyuruh George bersuci dan mengerjakan solat dua rakaat.    

Ketika Khalid bersama dengan George masuk ke dalam khemah, maka tentara Romawi mengadakan serangan besar-besaran terhadap pertahanan umat Islam.     Setelah selesai mengerjakan solat, maka Khalid bin Walid bersama dengan George dan kaum Muslimin lainnya meneruskan peperangan sampai matahari terbenam dan di saat itu kaum Muslimin mengerjakan solat Zohor dan Asar dengan isyarat saja.    

Dalam pertempuran itu, George yang telah bergabung dengan barisan kaum Muslimin itu terbunuh, dan dia hanya baru mengerjakan solat dua rakaat bersama dengan Khalid bin Walid. Walaupun demikian, ia telah menyatakan keIslamannya dan berjanji untuk tidak akan kembali lagi kepada agama lamanya. Semoga Allah menempatkan George ke dalam golongan orang-orang yang mati syahid. Amin.

Kisah Islam